Rabu, 21 September 2011
2 Buku Puisiku, 100 ribu saja
Dapatkan dua buku puisiku BIAR! dan Cinta, Rindu & Orang-orang yang menyimpan Api dalam Kepalanya, hanya dengan Rp. 100 ribu rupiah,- sudah termasuk ongkos kirim. Pemesanan bisa dikirim ke email: nanangsuryadi@yahoo.com atau kontak di twitter @penyaircyber dan http://www.facebook.com/nanangsuryadi Silakan transfer ke: BRI KCP Unibraw 0579-01-015778-50-2, Atas nama: Nanang Suryadi sejumlah Rp.
Rabu, 03 Agustus 2011
Buku Puisi: Cinta, Rindu & Orang-orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya
Buku ini sudah dapat dibeli di toko buku sekarang. Jika kesulitan menemukan di toko buku silakan isi kolom komentar. Atau kirim pesan di email: nanangsuryadi@yahoo.com twitter: @penyaircyber facebook: http://facebook.com/nanangsuryadi dengan menulis alamat kirim dan jumlah pemesanan.
Harga perbuku: 60.000 + ongkos kirim. Silakan ditransfer melalui:
BRI KCP Unibraw 0579-01-015778-50-2
Atas nama
Minggu, 06 Maret 2011
Silakan Pesan Buku Puisiku BIAR
Sebentar lagi buku kumpulan puisiku akan terbit. Diterbitkan oleh indiebook corner, buku berjudul BIAR ini sudah dapat dipesan mulai sekarang. Silakan isi kolom komentar. Atau kirim pesan di email: nanangsuryadi@yahoo.com twitter: @nanangsuryadi facebook: http://facebook.com/nanangsuryadi dengan menulis alamat kirim dan jumlah pemesanan.
Harga perbuku: 30.000 + ongkos kirim. Silakan ditransfer
Jumat, 04 Maret 2011
kata menjelma nada
@rickyzv
seketuk demi seketuk
kata menjelma nada
dalam nadimu
o, pemusikku,
bikinkan aku tangga
nada ke langit: cintaku
Malang, 2011
Yang Ingin Mencipta
@ikavuje
ada yang meliar,
mematuk-matuk angan,
mungkin engkau
yang ingin mencipta
dunia mimpi, menjadi...
Malang, 2011
Sepeda Beroda Empat
:ngkongparto
mungkin masih kau ingat,
sepeda beroda empat
yang tergeletak di garasi itu
usaplah debunya,
walau sepeda roda dua kini kau punya
Malang, 2011
ada bintang yang jauh
:supernopha
ada bintang yang jauh;
supernova
lihatlah
dia menyendiri
sepi
di langit tak bertepi
Jemari Menari
:jemarimenari
menarilah
jemari menari
melukis udara kosong
dengan jemari
menarilah jemari
mengukir hari
menatah mimpi
Malang, 2011
Seperti Keriangan Kanak
:hotfashionholic
menarilah
seperti keriangan kanak
yang tak henti berbahagia
tertawalah,
karena akan sepi mimpi,
tanpa tawamu gembira
Malang, 2011
ADA YANG INGIN MELUPAKAN MEI YANG GADUH
:lsamlkaskus
tak ada lagi yang mau mengingat mei yang gaduh. karena kepedihan itu, huruf huruf yang ingin segera dilupakan. yang ada hanya tanya: mengapa?
dan kita menjadi penjawab yang selalu gagap, gelegap meraba gelap, tanpa tahu jawab
Malang, 2011
kami menanam pohon cinta
kami menanam pohon
cinta
riwayat yang beranting,
berdaun, berbunga, berbuah
buah-buah yang baik,
kan dipanen kelak
Malang, 2011
Sang Pemberontak
: bemz_q
o sang pemberontak,
menyeru langit
penuh rindu! penuh rindu!
"apa maumu?
ah, kutahu Kau Cinta padaku!",
serumu
Malang, 2011
sepenuh diam
:arcokimzy
diamlah diam
sepenuh diam
rasakan sunyi
mengalir,
menderas
di dalam dirimu
sebagai alir air,
sunyi mengalir
mengaliri kering dahagamu
Malang, 2011
Surabaya Pagi Hari
surabaya. surabaya. sarapan pagi. secangkir kopi. tahu telur bumbu. nikmat sekali
surabaya. surabaya. matahari pagi menerobos jendela. burung bernyanyi di sangkar bambu. menjerit. memekik, di pagi yang menyimpan sunyi
pagi, hanya udara sunyi. hiruplah udara. sebelum sengat matahari!
Surabaya, 2011
Dalam Diam
;anjie & ruth dk
dalam diam,
semesta sunyi menjelma
dalam diam,
gemuruh dada terasa
Kamis, 03 Maret 2011
Langit Yang Biru
:erie kotak
langit yang biru
seperti kenanganmu yang biru
tengadahlah,
pada keluasan langit
ada kenang yang membayang
demikian biru
demikian haru
Memandang Foto Keluarga Rafael
:Nathaniel, Rafael Yanuar & Istri
memandang foto itu. ikan-ikan berenang di bening air. kulihat juga harap yang menatap hidup. demikian indah. demikian ramah.
mungkin hanya cinta yang dapat menterjemah. sebuah tatap. menghadap. langit harap. mata yang bening. doa yang mengiring.
dengar kecipak ikan. di bening air. dengar nyanyi alam. dengar tangis manja nathan. ah, hidup yang sempurna. engkau
hanya doa keikhlasan menghantarmu
:ags arya dipayana
hanya doa keikhlasan menghantarmu, menemu cinta yang abadi, asalmula diri
telah usai segala kerja, telah banyak kau beri arti, telah sampai di garis penghabisan, selamat jalan
kami akan mengenangmu, kebaikan yang kau miliki, makna yang kau beri, cinta yang menjelma nyata, ladang amalmu
selamat jalan mas ags arya dipayana, sampaikan juga salam ke kang asep sambodja di sana
Wahai Engkau Yang Merindu
wahai engkau yang merindu, menarilah, dengan segala nyeri, biar sunyimu kabarkan, cintamu demikian bersahaja
telusuri derai yang merinai, angin yang membelai, inginmu yang ramai merindu damai. dalam semerbak sajak apa yang kau tebak, selain sebuah kehendak. langit redup mengaca hidup kian gugup. berapa mawar yang kau pinta, duri menusuk jemari, cinta yang nyeri
yang terbakar cemburu akan
JIKA SAJAK KENA PAJAK
beri aku jajak agar kutahu pajak udara yang kuhirup air yang kureguk tanah yang kupijak sejak sajak menjejak ajak
jika sajak kena pajak, berapa harus kubayar untuk membuat sajak cinta?
Malang, 2011
JIKA ENGKAU | Puisi Cinta
jika engkau adalah senja, akulah semburat cahayanya, begitulah cinta mengucap pada dunia
jika engkau adalah airmata, akulah asinnya, demikianlah cinta, memberi tanda di dalamnya
jika engkau langit yang mendung, akulah matahari yang menunggu, bersama gerimis melukis pelangi
jika engkau adalah awan mendung, maka aku adalah hujan yang mencintaimu demikian abadi
jika engkau adalah langit, maka
MENEMU AGNASKY | Puisi untuk Sahabat
ciremai. ciremai. aku ingin datang. mendaki puncak sajakmu. bersama hasan, bertemu agnasky. suatu hari.
di puncak ciremai, seekor ulat bulu menggeliat, terabadi di dalam kata. di dalam sajak. menggeliat di kenangku kini.
Malang, 2011
APAKABAR JAKARTA, BEMZQ? | Puisi tentang Kota
ah, jakarta, apa yang membuat kenangan penyair bangkit. deru kereta di stasiun gondangdia menghantarku ke depok margonda raya?
kenangku melayang layang di langit jakarta. bersama deru bajaj sepanjang jalan cikini raya. ah, lampu merkuri masihkah merindu aku?
tataplah lampu merkuri, di emperan tim dinihari, jejak jemariku yang mungkin kian samar, di gelas gelas kopi
sebuah sajak, tak hendak
Memburu Cahaya | Syair Malam
aku rangkai kata, menjadi syair malam, agar engkau tahu, dalam pekatnya mengukuhkan cahaya rembulan
aku menyapamu, dengan cahaya bulan, di langit yang benderang, seterang jiwamu yang cinta
laron yang mengepakkan sayap rapuhnya itu, adalah aku, memburu cahaya cintamu
Malang, 2011
YANG SENDIRI, DAN SELALU MERINDU, MUNGKIN DIRIMU
apa yang sudah kau siapkan, februari merah jambu. sepotong coklat, sekuntum mawar, secarik puisi kau simpan, untuk siapa yang tak kau tahu
adakah yang ingin bersembunyi. dalam vakum waktu. karena gigil tak berkesudahan. kabar dari negeri jauh. cinta yang merapuh
sebagai demam, rindu menggigilkanmu. kenangan demi kenangan, melintas lintas saja. di tubir waktu ada yang bergegas.
ada yang
adakah yang ingin bersembunyi. dalam vakum waktu. karena gigil tak berkesudahan. kabar dari negeri jauh. cinta yang merapuh
sebagai demam, rindu menggigilkanmu. kenangan demi kenangan, melintas lintas saja. di tubir waktu ada yang bergegas.
ada yang
Rabu, 02 Maret 2011
Menyapa Jakarta Senja
aku menyapa jakarta senja, bola matahari jingga terpantul di kaca kaca. apa kabar jakarta? sudah lama kita tak berjumpa.
apa kabar jakarta senja? menyapa kedatanganku, inilah wajah ibukota, gedung menjulang, rumah kumuh berseberangan got hitam warnanya
aku menyapa jakarta senja, masih seperti dulu, ingatan tahun tahun yang terpendam. jakarta yang kutinggal pergi, tapi aku tetap kembali
aku
apa kabar jakarta senja? menyapa kedatanganku, inilah wajah ibukota, gedung menjulang, rumah kumuh berseberangan got hitam warnanya
aku menyapa jakarta senja, masih seperti dulu, ingatan tahun tahun yang terpendam. jakarta yang kutinggal pergi, tapi aku tetap kembali
aku
Surabaya Hujan Hingga Larut Malam
surabaya. hujan yang turun perlahan. hujan yang kesepian. di malam minggu. mungkin sepertimu. tersedu sedu
surabaya. hujan yang tak juga berhenti. gemericiknya demikian ghaib. mencucur dari langit hitam. langit malam.
surabaya. surabaya. aku hirup udara malam hujan. malam yang menyimpan mimpi mimpimu. pada nyala lampu membelit pepohonan.
surabaya. surabaya. malam yang lembab. basah. rimis tak
surabaya. hujan yang tak juga berhenti. gemericiknya demikian ghaib. mencucur dari langit hitam. langit malam.
surabaya. surabaya. aku hirup udara malam hujan. malam yang menyimpan mimpi mimpimu. pada nyala lampu membelit pepohonan.
surabaya. surabaya. malam yang lembab. basah. rimis tak
Aku Menunggumu Membakar Malam
:sigit pradito, bambang purnomo, arifunnatik, yayan triyansyah, asmara sastra, irwan bajang, dhanzo
aku menunggumu membakar malam dengan galau yang mengacau lintas waktu hingga sirna segala parau dan derau di hidupmu yang sengau
aku menunggumu membakar malam dengan sajak penuh cemburu atau cinta yang bertalu hingga sampai keluh pada aduh yang paling gaduh
aku menunggumu membakar malam
aku menunggumu membakar malam dengan galau yang mengacau lintas waktu hingga sirna segala parau dan derau di hidupmu yang sengau
aku menunggumu membakar malam dengan sajak penuh cemburu atau cinta yang bertalu hingga sampai keluh pada aduh yang paling gaduh
aku menunggumu membakar malam
Surabaya, Di Atas Loteng Tiang Tanpa Bendera
aku mengeja tembok tembok yang kukuh angkuh. lampu lampu menyeringai dari sebuah kota. yang menyimpan deru dari masa lalu. merasuki diriku.
surabaya. surabaya. malam menelusur ke dalam kepalaku. merasuk ke dalam jiwaku. sejarah yang melepuh. di tiang bendera yang kosong.
1910 ditanda, bulan juni tepatnya. meneer mulai membuka hotel di soerabia.
meneer, aku menziarahimu di malam jumat ini.
surabaya. surabaya. malam menelusur ke dalam kepalaku. merasuk ke dalam jiwaku. sejarah yang melepuh. di tiang bendera yang kosong.
1910 ditanda, bulan juni tepatnya. meneer mulai membuka hotel di soerabia.
meneer, aku menziarahimu di malam jumat ini.
aku mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri: tuk.tuk.tuk. ada orang di situ?
"ah terkutuklah segala yang mengacaukan hidupku. terkutuklah segala yang tak memberi makna bagi hidupku!" orang yang bosan menunjuk taktentu
aku mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri: tuk.tuk.tuk. ada orang di situ? kepalaku pusing, menjawab: ya, ada kamu di situ. mengutuk melulu.
"tataplah matahari. kau kan tahu silaunya. kau kan tahu panasnya." diriku berteriak kepada diriku yang menatap monitor
aku mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri: tuk.tuk.tuk. ada orang di situ? kepalaku pusing, menjawab: ya, ada kamu di situ. mengutuk melulu.
"tataplah matahari. kau kan tahu silaunya. kau kan tahu panasnya." diriku berteriak kepada diriku yang menatap monitor
CINTA YANG TAK PERNAH PUTUS ASA
bibir yang bergumam, adalah engkau, menggumamkan kata yang entah, cinta yang entah, rindu yang entah, kepada siapa
tapi para penyair adalah pecinta yang mencinta kita tanpa putus asa, kabarkan cinta lewat kata di jemarinya
seperti para petani adalah pecinta yang tak pernah putus asa mencinta kita, lewat jemarinya menanam, memupuk, merawat cinta
Malang, 2011
tapi para penyair adalah pecinta yang mencinta kita tanpa putus asa, kabarkan cinta lewat kata di jemarinya
seperti para petani adalah pecinta yang tak pernah putus asa mencinta kita, lewat jemarinya menanam, memupuk, merawat cinta
Malang, 2011
puisi selalu cemburu pada hidup yang nyaman
: sigit pramudito, ziplesshyde, yayan, bajang, bemzq
angin berhembus di sela sela jendela. engkau merangkai gerimis yang jatuh. dari mata itu, kenang mulai menggenang.
ada yang mengerjap, mungkin harap. ada yang mengusap airmata, dari mata yang sembab.
mungkin ada yang tak mau pergi dari dalam kepalamu. meriuh. menggaduh. seperti waktu. mengetukmu penuh rindu.
bara terus menyala, di dalam
angin berhembus di sela sela jendela. engkau merangkai gerimis yang jatuh. dari mata itu, kenang mulai menggenang.
ada yang mengerjap, mungkin harap. ada yang mengusap airmata, dari mata yang sembab.
mungkin ada yang tak mau pergi dari dalam kepalamu. meriuh. menggaduh. seperti waktu. mengetukmu penuh rindu.
bara terus menyala, di dalam
MENERA WARNA DARAH
yang meremah, adakah mawar merah, yang merekah saat kau marah? dan durinya menusuk jemari!
yang merona adalah warna, jemarimu menera nama, sepenuh cinta, mewarna dunia dengan merah. darah
Malang, 2011
yang merona adalah warna, jemarimu menera nama, sepenuh cinta, mewarna dunia dengan merah. darah
Malang, 2011
Dentang Kenang, Tatap yang Ratap
melati yang kau nanti, telah mekar bersama mawar, menanti terus menanti sentuhmu, demikian debar
mungkin kau temukan tatap sebagai ratap, kenang sebagai dentang, cinta sebagai pinta, di mata yang maha
segala yang haru mungkin membiru, memburu rindumu yang mengharu biru, di hari yang haru
yang menyesap airmata demikian lesap, adalah engkau yang merindukan kenangan demikian lindap
mungkin kau temukan tatap sebagai ratap, kenang sebagai dentang, cinta sebagai pinta, di mata yang maha
segala yang haru mungkin membiru, memburu rindumu yang mengharu biru, di hari yang haru
yang menyesap airmata demikian lesap, adalah engkau yang merindukan kenangan demikian lindap
UNTUK PARA PENGGALAU DI LINTASAN WAKTU
mungkin engkau demikian galau, demikian racau, karena rindu mendesau derau hatimu, hingga kacau balau
mungkin engkau demikian galau, dengan segala racau, karena hatimu terasa kacau balau di saat angin rindu mendesau derau
mungkin engkau merindu, dengan segenap ragu, apakah yang kau rindu juga merindu dirimu
serupa galau yang kacau, hanya derau, dalam puisi yang parau. bukan sekadar gurau
mungkin engkau demikian galau, dengan segala racau, karena hatimu terasa kacau balau di saat angin rindu mendesau derau
mungkin engkau merindu, dengan segenap ragu, apakah yang kau rindu juga merindu dirimu
serupa galau yang kacau, hanya derau, dalam puisi yang parau. bukan sekadar gurau
SERUPA DAUN DI DAHAN YANG LETIH
engkau serupa daun, di dahan yang letih, menunggu kabar, kapan angin mencium, memagutmu demikian mesra. hingga abadi
sebagai demam, rindu menggigilkanmu. kenangan demi kenangan, melintas lintas saja. di tubir waktu ada yang bergegas.
Malang, 2011
sebagai demam, rindu menggigilkanmu. kenangan demi kenangan, melintas lintas saja. di tubir waktu ada yang bergegas.
Malang, 2011
AKU MENYAPAMU DI LINTASAN WAKTU
: hasan aspahani, erie kotak, yayan triyansyah, sigit prmaudito, bemz_q, Zipless
aku menyapamu, di lintasan waktu, melintas di jalan sunyi, dirimu sendiri
di linimasa di lintasan waktu ada yang mengenang, segala kenang, segala yang muncul hilang.
di larut malam, adakah yang ikut melarut, mungkin kata yang melaut di keluasan sunyi, di keluasan semesta diri
di malam malam begini, hujan
Ada yang merintih, Mungkin Hujan
:aan mansyur
ada yang merintih, mungkin hujan, di malam yang ingin puisi, di malam yang ingin semerbak mimpi
doa doa telah menghujan, bagi cinta yang ingin bertahan, di rumah rumah yang ramah, di rumah kita istirah dari lelah
mungkin engkau bertanya tentang niat hujan rencana hujan kehendak hujan. yang mengetuk ngetuk atap. perlahan saja. perlahan saja....
malam menyelinap pada sajak yang
ada yang merintih, mungkin hujan, di malam yang ingin puisi, di malam yang ingin semerbak mimpi
doa doa telah menghujan, bagi cinta yang ingin bertahan, di rumah rumah yang ramah, di rumah kita istirah dari lelah
mungkin engkau bertanya tentang niat hujan rencana hujan kehendak hujan. yang mengetuk ngetuk atap. perlahan saja. perlahan saja....
malam menyelinap pada sajak yang
Engkau adalah Kesabaran Tak Terbantah
engkau adalah kesabaran tak terbantah, mengajarkan aku untuk tabah
akulah debar yang selalu menunggu kabar, cintamu. engkau demikian samar, aku merindu, gemetar
di saat aku terjaga, aku bahagia, kau masih menjagaku dengan mata cinta
akulah batu, yang kau dorong gulirkan berulang kali, karena kau tahu aku mencintaimu
engkau adalah sunyi, selalu menghiburku dengan airmata
rindu adalah
akulah debar yang selalu menunggu kabar, cintamu. engkau demikian samar, aku merindu, gemetar
di saat aku terjaga, aku bahagia, kau masih menjagaku dengan mata cinta
akulah batu, yang kau dorong gulirkan berulang kali, karena kau tahu aku mencintaimu
engkau adalah sunyi, selalu menghiburku dengan airmata
rindu adalah
ADA YANG
ada yang berguguran dari langit, mungkin namamu, mungkin bukan namamu
ada yang katakan rindu padamu, tapi hanya di bibir yang menipu
ada yang merasa sunyi, langit tak berbisik lagi. hanya ada kelebat, semacam kata yang tersesat. engkau, rindu yang nyeri
ada yang gundah, menatap hidup yang kian entah. ada yang menggigil, hadapi hidup yang degil. embunkan dengan cintamu!
ada yang
ada yang katakan rindu padamu, tapi hanya di bibir yang menipu
ada yang merasa sunyi, langit tak berbisik lagi. hanya ada kelebat, semacam kata yang tersesat. engkau, rindu yang nyeri
ada yang gundah, menatap hidup yang kian entah. ada yang menggigil, hadapi hidup yang degil. embunkan dengan cintamu!
ada yang
KUPU-KUPU DAN BUNGA
sabarlah, kata embun kepada kupu. sebentar kan mekar bunga yang kuncup. bersabarlah, jika kau benar mencinta.
kupu berkata kepada bunga: “aku ingin menulis puisi tentang kita, agar kuncup hatimu menjadi mekar yang terkabar”
Malang, 2011
kupu berkata kepada bunga: “aku ingin menulis puisi tentang kita, agar kuncup hatimu menjadi mekar yang terkabar”
Malang, 2011
KEPADA PENYAIR, PEJALAN MALAM
engkau yang menembus hujan, engkau yang menembus malam, engkau yang menembus ketidakpastian, dengan keberanian
ada yang gaduh, di dalam kepala bertabuh. ada yang mengaduh, menyimpan keluh kemana cinta kan berlabuh
mungkin puisi bisa menghiburmu, dari rasa sia sia dan putus asa, juga niat bunuh diri
o, engkau yang meresah galau, menelusur hari hari hari gaduh yang membuatmu mengaduh,
ada yang gaduh, di dalam kepala bertabuh. ada yang mengaduh, menyimpan keluh kemana cinta kan berlabuh
mungkin puisi bisa menghiburmu, dari rasa sia sia dan putus asa, juga niat bunuh diri
o, engkau yang meresah galau, menelusur hari hari hari gaduh yang membuatmu mengaduh,
DI SAAT SENJA AKU DIMABUK KATA
di sebatas senja, selalu puisi datang tiba-tiba. malam mencium cahaya, memeluknya demikian mesra. remang yang menggetarkan
di desah napas di hembus napas kau rasakan hangatnya? sebagai deru yang memburu, ciuman yang memabukkan
apa kabar malam, seru matahari yang direnggut kelam. mereka saling merindukan, di secarik senja
di remang cahaya, segala bisa menggila, juga kata. aku dimabuk kata. kata
di desah napas di hembus napas kau rasakan hangatnya? sebagai deru yang memburu, ciuman yang memabukkan
apa kabar malam, seru matahari yang direnggut kelam. mereka saling merindukan, di secarik senja
di remang cahaya, segala bisa menggila, juga kata. aku dimabuk kata. kata
Selasa, 01 Maret 2011
Aku Tulis Syair Malam
:commaditya, erie kotak, dodo, adriany, dwihatmodjo
aku tulis syair malam, di sunyi yang hening, dinihari yang bening, mengusap pelupuk langit, mencucur airmata. telah disiapkan peta, pada telapak, para pecinta menghapalnya dalam kepala, tak kan risau engkau, tak. mungkin kau ingin rapalkan sajak, pada hari yang mula, sebuah keberanian bernama cinta, yang tabah dan bersahaja. seorang lelaki
aku tulis syair malam, di sunyi yang hening, dinihari yang bening, mengusap pelupuk langit, mencucur airmata. telah disiapkan peta, pada telapak, para pecinta menghapalnya dalam kepala, tak kan risau engkau, tak. mungkin kau ingin rapalkan sajak, pada hari yang mula, sebuah keberanian bernama cinta, yang tabah dan bersahaja. seorang lelaki
Tangis
:anjie
adalah rasa bahagia
yang menyapa tiba tiba
mungkin semacam cinta
adalah saat segala kesah
ingin ditumpah
mengalir ke muara segala mula
adalah rasa bahagia
yang menyapa tiba tiba
mungkin semacam cinta
adalah saat segala kesah
ingin ditumpah
mengalir ke muara segala mula
Merunduklah Sebenar Merunduk
kita mengendap pada cuaca yang lindap, berbekal harap, bertemu tatap. merunduklah sebenarnya merunduk, sayang, karena kita memang hanya padi ditidurkan angin. apa yang ingin kita sombongkan, sayang, kita tak punya apa apa, selain cinta. kebahagiaan itu, sayang, detik demi aku mencintaimu, dengan rasa syukur tak terhingga.
Malang, 2011
Malang, 2011
Cinta yang Menaklukkan Segala Aniaya!
:bagi Indonesia terluka
dari dadamu pecinta, dari matamu pecinta, dari pekikmu pecinta, cahaya menerang, cinta yang cahaya!
para pecinta berteriak memekikan cinta sepanjang waktu, langit menjadi saksi, bumi menjadi penyaksi, yang tak pernah sangsi
wahai para pecinta, katakan cinta menaklukan segala aniaya, segala duka cita. jangan menyerah kepada para penjarah!
para pecinta tak membedakan
dari dadamu pecinta, dari matamu pecinta, dari pekikmu pecinta, cahaya menerang, cinta yang cahaya!
para pecinta berteriak memekikan cinta sepanjang waktu, langit menjadi saksi, bumi menjadi penyaksi, yang tak pernah sangsi
wahai para pecinta, katakan cinta menaklukan segala aniaya, segala duka cita. jangan menyerah kepada para penjarah!
para pecinta tak membedakan
Sunyi Sebenar Sunyi Meliputinya
sunyi sebenar sunyi meliputinya. sunyi yang ingin dinikmatinya sendiri. jangan kau ganggu. hingga pertapa menemu. masuk telinga ruci. tak ada kepastian baginya. hanya dirinya sendiri. bertarung dengan gelombang. pemikirannya sendiri. lautan api di kepalanya.
Ada
ada yang gundah, menatap hidup yang kian entah
ada yang menggigil, hadapi hidup yang degil
ada yang merasa bosan, tak ingin lagi mengirim pesan
ada yang merasa sunyi, langit tak berbisik lagi
ada yang berkelebat, semacam kata yang sesat
ada yang meretak, di dalam cermin dia berteriak
ada yang mencercah, di mata harap sesal terpecah
ada yang menggigil, hadapi hidup yang degil
ada yang merasa bosan, tak ingin lagi mengirim pesan
ada yang merasa sunyi, langit tak berbisik lagi
ada yang berkelebat, semacam kata yang sesat
ada yang meretak, di dalam cermin dia berteriak
ada yang mencercah, di mata harap sesal terpecah
jangan menari zarathustra, jika kau tak tahan pedihnya
: sigit pramudito
jangan menari zarathustra, jika kau tak ingin amuk pedihnya. jangan! jangan menari zarathustra, jika masih ingin menemu daratan harapan. jangan! hanya manusia yang kuat, mampu menarikannya. bukan manusia cengeng dan cepat putus asa.
dengarlah sabda zarathustra:
"kanon adalah tugu dan AKU cemburu ingin menghancurkan! hancurkan tugu! penari zarathustra akan segera
jangan menari zarathustra, jika kau tak ingin amuk pedihnya. jangan! jangan menari zarathustra, jika masih ingin menemu daratan harapan. jangan! hanya manusia yang kuat, mampu menarikannya. bukan manusia cengeng dan cepat putus asa.
dengarlah sabda zarathustra:
"kanon adalah tugu dan AKU cemburu ingin menghancurkan! hancurkan tugu! penari zarathustra akan segera
setiap senja aku ingin menulis puisi
setiap senja aku ingin menulis puisi, sebaris dua baris kepenatan yang tersisa, agar terurai agar memuai lebur dalam kata, sebuah senja.
apa kabar? magrib menyisakan gema azan, di langit yang jauh, di tanah yang jauh, masihkah kau dengar, degup yang tersisa dari sebuah rindu surga yang jauh
aku tulis sajak ini, karena waktu demikian fana, dan kata akan abadi
seperti kita yang mengeja
apa kabar? magrib menyisakan gema azan, di langit yang jauh, di tanah yang jauh, masihkah kau dengar, degup yang tersisa dari sebuah rindu surga yang jauh
aku tulis sajak ini, karena waktu demikian fana, dan kata akan abadi
seperti kita yang mengeja
Kata-kata Menari Sendiri, Penyair Ternganga Saja. Biar!
Halo, sore yang membahasakan gerimis. Gerimis yang itu itu juga. Halo, siapa kamu? di jam jam yang sibuk. Menata usia. Menatap gerimis
Gerimis yang kusapa malu malu. Gerimis yang sama baik di desa atau di kota. Kami sering mengundangnya datang ke dalam puisi
Gerimis yang tib-tiba saja melebat. Mengguyur ke dalam baris -baris kata yang menjeratnya. Gerimis yang melebat. Hujankah namanya?
Gerimis yang kusapa malu malu. Gerimis yang sama baik di desa atau di kota. Kami sering mengundangnya datang ke dalam puisi
Gerimis yang tib-tiba saja melebat. Mengguyur ke dalam baris -baris kata yang menjeratnya. Gerimis yang melebat. Hujankah namanya?
Yang Merambat dari Bicara
:komunitas fiksimini
di dinding,
lukisan menggantung
cerita malam yang merangkak,
kesah yang melambat rambat
yang merambat dari bicara,
rentetan peristiwa,
derai tawa canda,
ah dunia memang milik kita
di dinding,
lukisan menggantung
cerita malam yang merangkak,
kesah yang melambat rambat
yang merambat dari bicara,
rentetan peristiwa,
derai tawa canda,
ah dunia memang milik kita
Ada Orang Mati, Malna
orang orang menyimpan asap. di jalan raya indonesia. malna, dimana bahasa. dimana kuasa. dimana identitas. ada yang mati malna. ada. bahasa
ada yang mati malna. orang-orang berbaju hitam. bahasa telah disalahpahami. juga cinta. seperti anjing menggonggong. malam itu. jam patah.
ada orang mati, malna. ada orang mati. jam sudah berangkat. ada pringadi yang rindu kamu. menulis dari tubuh.
ada yang mati malna. orang-orang berbaju hitam. bahasa telah disalahpahami. juga cinta. seperti anjing menggonggong. malam itu. jam patah.
ada orang mati, malna. ada orang mati. jam sudah berangkat. ada pringadi yang rindu kamu. menulis dari tubuh.
Wahai Maha Cinta, Aku Bertanya
: Indonesia terluka
Kami selalu berteriak: “mengapa kau menukar cinta dengan kebencian? mengapa kau sampaikan cinta dengan bahasa umpatan dan kebengisan?”
hitam. hitam. hitam. hitam. hitam. hitam. kemana cahaya? senyum-MU yang cahaya.
jika dunia adalah goda, jangan asingkan aku dengan riuhnya. karena aku merindu, cinta-Mu yang sesungguhnya
mengapa tak hanya sunyi, Cintaku? seperti di
Kami selalu berteriak: “mengapa kau menukar cinta dengan kebencian? mengapa kau sampaikan cinta dengan bahasa umpatan dan kebengisan?”
hitam. hitam. hitam. hitam. hitam. hitam. kemana cahaya? senyum-MU yang cahaya.
jika dunia adalah goda, jangan asingkan aku dengan riuhnya. karena aku merindu, cinta-Mu yang sesungguhnya
mengapa tak hanya sunyi, Cintaku? seperti di
Pada Sajak Kutahu
ada yang menulis cemburu di baris baris sajaknya, hingga kutahu ada yang merindu serupa sembilu
ada yang menulis cinta di baris-baris sajaknya, hingga kutahu ada bahagia di balik derita
ada yang menulis luka di baris-baris sajaknya, hingga kutahu pedihnya mencinta
Malang, 2011
Aku Tahu Engkau Demikian Pencemburu
aku tahu engkau demikian pencemburu, dan cinta itu, selalu saja untukmu. kutahu, karena engkau begitu pencemburu
karena cintaku padamu adalah sebuah kutuk, maka aku tak pernah berhenti mengetuk, pintumu
setetes airmata, setitik luka, jarak yang direntang. tiktak jam, menitik letak. dimana engkau sembunyi? tak kutahu
menembus malam, menembus batas kabut yang menyelimut, cinta tak akan
aku ingin menulis puisi yang paling bahagia, agar engkau tertawa, tak terus berduka
:kunthi hastorini
walau duka dan bahagia, hanya airmata yang berkata kata
tapi, tataplah bening mata kanak, kau akan temukan cinta dan bahagia di sana, sebagai puisi penuh metafora
mungkin kau rasakan juga bahagia terkabar, telur dadar yang kumasak, harum kopi yang kau seduh, semerbak mengisi dadaku, cinta yang teramat sederhana, tapi istimewa
lihatlah juga atta, arya, altaf, rama, satria
Di Penghujung Tahun
: bagi kalian yang berharap cemas di ujung tahun
ada yang melagu, kabarkan rindu, kabarkan rindu padamu. di panggung yang merangkai waktu di matamu.
ada yang menari, mungkin ingatan, melambailambai, semacam rindu, melulu rindu, dan waktu lalu membeku
apa yang kau inginkan, apa yang kau inginkan, di tahun mendatang? katakan dengan lantang, katakan. mungkin ingin kau gapai bintang.
apa yang
Langganan:
Postingan (Atom)