Kamis, 30 Desember 2010

Sajak Di Akhir Tahun


di akhir tahun ini, apa yang coba kau ingat, apa yang coba kau lupakan?

angka angka telah berguguran, dari kalender, hari yang kau lewati, hari yang kau khidmati, dengan langkah tak henti

mungkin ingin kau lupakan kekalahan demi kekalahan, kesedihan demi kesedihan, peristiwa yang menyakitkan

mungkin kau abadikan segala yang membuatmu bahagia. sebagai kenang. sebagai bayang.

huruf huruf yang

Adalah Jiwamu yang Haru

: erland

suara yang bening yang hening adalah jiwamu yang haru, menitikkan airmata bagi derita, menitikkan airmata bagi bagia

puisi tercipta dari udara yang bening, terkadang bising, kau menjadi gema bagi suara suara, suara suara yang tak pernah didengar

anak anak yang memanggul cobek di bawah hujan, membuat haru dirimu, seperti puisi yang kau cium dari keringat derita, o kanak siapa?

sisakan sedikit cahaya

sisakan sedikit cahaya untukku, kata ranting kepada matahari, di saat
senja, menunggu burung kembali ke sarangnya, di ranting itu

mungkin di dalam kekosongan

mungkin di dalam kekosongan kau temukan jeda, hiruk pikuk dunia telah
menyihirmu bergerak tanpa henti. diamlah sejenak. temukan kekosongan.

Rahasia Puisi


apa yang dibocorkan puisi kepadamu? mungkin semacam rahasia yang disembunyikan di dalam kepala dan dada, di dalam rindu yang tak terkata

seperti ditandai pada waktu

seperti ditandai pada waktu, kelahiran, jodoh dan kematian, sebagai sebuah kehendak yang mungkin tak kita pinta

Kunang-Kunang

kunang-kunang beterbangan di jernih air, kunang kunang beterbangan di bersih udara, seperti kurindu kutemu di mata kanakku dulu

Sebatang pohon kamboja

:untuk asep sambodja

Sebatang pohon kamboja, bunga-bunganya mewangi, di pemakaman airmata, akan terus tumbuh dan hidup dalam kenangan dan cinta kami.

9 Desember 2010

Pengampun

ALLAH maha pengampun, tapi sudahkah kita minta ampun atas segala aniaya pada diri sendiri?

Nasehat

ketika kita tak mau bersyukur, maka kita akan jadi orang yang serakah. ketika kita tak mau bersabar, maka kita jadi orang pendendam.

MENUNGGU HUJAN REDA

Kau punya payung cadangan. Atau kenangan. Semacam kau cadangkan gurau menunggu hujan. Dengan derai tawa.

PADA DAUN DAUN YANG JATUH

Sebuah suara, daun yang letih, menunggu tunas-tunas tumbuh.

PADA JAM YANG TERUS BERDETIK

Kau menunjuk waktu. Meminta waktu berhenti. Agar kau terdiam dalam bagia tersimpan. Saat itu.

DI BENING MATAMU

Ada yang tersimpan, mungkin kebahagiaan. Yang kau cadangkan, saat duka menghunjammu.

DI SAAT HUJAN

Tidakkah kau ingin sisakan airmata. Agar tak semua sampai ke lautan sedihmu. Sisakan sedikit untukku, saja.

DI SISA WAKTU

Mungkin ingin kau cadangkan harap, semacam rencana-rencana kecil. Di waktu yang tersisa. Tak cuma sia-sia.

SURAT YANG KAU TULIS

Sudah sampai. Ke alamatmu kembali.

Menulis Rindu

Kutulis rindu itu di angin lalu, agar sampai kepadamu, cintaku.

Tak henti hujan menulis


Tak henti hujan menulis di tanah, parit, sungai, muara, sampaikan rindu kepada laut yang menunggu.

Ada Yang Menulis Isyarat

Ditulisnya isyarat, namun tak ada yang mengerti, semata rahasia yang menyimpan rindunya.

Ditulisnya nama

Ditulisnya nama itu di kaca yang mengembun, hingga sengat matahari menghapusnya. Dan ia menunggu embun esok pagi.

malam malam di bulan desember

malam malam di bulan desember menyimpan hujan, menyimpan cerita yang disampaikan awan kepada angin, isyarat yang tak sampai

Hanya

Ia menulis dengan tinta airmata, hanya sanggup dibaca dengan kacamata cinta

di rabumu di rabuku

hembuskan ke dalam rabuku, cintamu yang tulus, agar ku berbahagia, bersamamu, bersama cintamu

di rabumu di rabuku ada ruh yang dihembuskan, yang bersaksi yang berserah, menempuh jalan Cinta.

Mungkin Hanya

mungkin hanya keluh yang kau dengar, mungkin hanya gaduh yang kau dengar, mungkin hanya aduh yang kau dengar, ah senyumMU

kubisikkan di telingamu kata-kata

kubisikkan di telingamu kata-kata, serta nama-nama, namaku namamu nama anak-anak kita, sebagai ingatan, bahwa kita berbahagia

lihatlah bibirku mengeja, agar kau tahu sejarah sedang kubaca, dari matamu yang menyimpan peristiwa, diriku yang mencinta

cintaku, dengarlah degup jantungku, kau akan temukan ombak, memburu pantai, menyeru-nyeru

aku menggigil di buku sejarah

aku menggigil di buku sejarah, merasa sepi di antara letusan peluru dan simbah darah, ah kuasa, ah kekuasaan, siapa yang menatah? mungkin ingin kau hapus huruf, buku-buku sejarah yang tak ingin kau baca, karena pengkhianatan meluka sepanjang masa





Rabu, 29 Desember 2010

Puisi Yang Menjadi Genit, Menggoda Kami

puisi menjadi genit. bersolek dengan kata kata. yang dipungut dari gegas tak berkesudahan. sepanjang detik sepanjang waktu. menggoda kami. aku berdiam dalam simpangsiur. kata kata yang membius. hiruk pikuk. dan aku mulai bergumam. membangun bahasaku sendiri. kami. kita. adalah dia atau mereka. yang dituding. dengan seribu murka. dengan sejuta kutuk. badai tak terhingga. dimana aku? katamu selalu

Engkau adalah Aku. Aku adalah Engkau

akupun diam. sediam engkau. karena bahasa kita sama. engkau adalah aku. aku adalah engkau. mencintai aku. mencintai engkau. dengan sederhana.

seperti lintasan waktu yang putih. kosong. tak bergerak. aku adalah diam. yang tak henti mencintaimu. dalam diam. dengan diam. puncak sajak ah, aku tetap mau menjadi diriku, yang mencintaimu dengan sederhana dan tanpa banyak bicara.

sebagaimana kau kau

LARIK LARIK YANG MUNGKIN INGIN KAU ABADIKAN

mengapa jarak selalu membuat risau? sedangkan detak selalu kau dengar dari jantung rinduku

aku ingin menulis puisi demikian riang pagi ini. puisi yang bening, sebening kaca yang diterpa cahaya matahari. seriang nyanyi prenjak menyambut matahari. hati riang di hari yang terang dan tenang!

adalah hidup yang kita hargai dengan katakata bermakna. seperti diterjemah dari airmata. duka atau bahagia.

YANG MENUNGGU YANG MERINDU YANG BAYANG YANG KENANG YANG DIRI YANG SENDIRI

YANG MENUNGGU YANG MERINDU

menunggu. menunggu. menunggu. menunggu. keberangkatan. jam berapa sekarang? 3 jam lagi?

matahari senja. Cahayanya menerobos kaca jendela. Demikian sayup. Seperti ketuk jejemarimu yang gemetar menanggung rindu

TENTANG KERINGAT

yang menetes adalah keringat yang menyungai adalah keringat yang melaut adalah keringat dan airmata cintaku

kau ingat keringat demikian

haiku atau haimu apa bedanya. hai hai. bulan terang di halaman. memandangmu semalaman

yang membayang pada malam adalah engkau di bawah cahaya bulan bundar warna oranye

seribu bulan benderang cahayanya di dadamu. seperti kutemukan dari kedalaman mata yang mencahaya senyumnya

di jauh malam matahari tetap bersinar, cahayanya memantul di purnama bulan

kau rengkuh rembulan memungut sisa cahayanya

seekor kodok melompat ke dalam mimpiku yang rembulan

di balik awan, rembulan sembunyi

YANG ALAY YANG LEBAY

1)

kesenanganmu curhat. curhat kok dipelihara?

(2)

berulangulang dia mengucap hal yang sama hingga engkau menjadi bosan dan mulai menggelar spanduk dengan protes yg diulang juga

?

(3)

aku dengarkan saja keluhanmu yang sama dengan kemarin, lusa, yang lalu. serupa nasi basi. basi tahu. basi. dan kubuang ke tempat sampah

(4)

dari sisi mana akan kulihat dirimu bergulung pita bergulung suara

GAUNG ATAU RAUNG YANG KUDENGAR

gaung ataukah raung yang kudengar di antara tebing dan gunung? Kau dengar suara itu, seperti dari dalam relung. Hatiku

SAAT IMSAK KULIHAT JAM TERUS BERDETIK MENUJU SUBUH

tik tik tik berdetik waktu hingga menjelma menit jam hari minggu menjelma bulan dan tahun tahun hidupmu yang terus berdetik hingga titik

ada yang berbisik di dalam puisi karena hidup demikian berisik. berbisiklah. hingga sunyi menyelimuti. kekal di dalam diri.

kami ingin memandang hidup demikian seluruh. hingga kami tahu ada yang luruh ada yang utuh. karena tak semua teguh tak semua rapuh.

aku

YANG MERAMBAT ADALAH

yang merambat adalah kenang hingga menjelma api gigilkan diri terpanggang sepi

yang merambat adalah angan inginku menjangkau cintaMu yang selalu kurindu

yang merambat adalah waktu, berdetik pasti menujuMu

PENSIL PATAH

tapi pensil itu patah tuan, harus diraut lagi. hingga bisa merambati umur dunia

KETELA RAMBAT

ketela rambat merambat rambat ingin kau sapa dengan tanganmu yang erat merambati tubuhnya hingga harum nikmat

yang keluh yang peluh memantra teluh

yang keluh yang peluh memantra teluh. yang kelu yang pilu memeta angka: telu. seperti tari merentak rentak merancak rancak di hingga subuh menyuluh tubuh. duh

mengapa deru yang seru menyaru saru? serumu! serumu! merupa lama merupa mala. menuba tuba membuta buta membatu batu.

pada tubuh subuh kau tahu ada keluh atau peluh? mungkin peluk kelu butuh tubuh. agar subuh tubuh tak rubuh

pada malam aku berangkat menuju dinihari

pada malam aku berangkat menuju dinihari dengan sejumlah kata yang rindu mimpi seperti sihirhujan yang tak henti menjelma puisi

puisi yang random mengikuti dirimu menggumpalkan bahasa dalam kepala seperti kaki kaki hujan yang gaib menyertai

secangkir kopi. sepiring agar agar. dan aku belum terpicing juga.

malam telah melarut. kopi telah melarut. kantuk segera melaut. lautan mimpi menyambut.

Kesedihan yang Menyapa. Mu

telah kuserahkan segala. kepadaMu. aku berserah. aku pasrah. pada kehendakMu semata. jadi. maka jadilah. kehendakMu.?

aku adalah air. dengan api yang sangat, aku mendidih.

aku menari. kesedihan yang menari. aku adalah kesedihan. menyapa Engkau. dengan tarian. kesedihan yang menyapa. Mu

yang menunggu adakah dirimu

yang menunggu adakah dirimu. menunggu waktu untuk kembali ke surga yang kau tinggalkan. dahulu

yang menari adakah dirimu. dengan cericit di atap atap. di sawah penuh bulir padi. disiram cahaya matahari pagi.

yang tersenyum di waktu subuh adakah embunmu. menunggu matahari. atau hujan di pagi hari?

yang mengembun di waktu subuh adakah airmatamu? menunggu matahari pamerkan kilau. dan menciumnya

di batas ruang aku tulis sesak kalimat

di batas ruang aku tulis sesak kalimat karena puisiku menjelma air yang terus mengucur mengalir hingga sesak kata sirna di isaknya, karena?

hanya kata yang terpilih dimakamkan di sini, di tanah yang tak mungkin kau kenali, seperti jejak itu menggurat 140 huruf terakhir

demikian gaduh. bicara sendiri. di ruang demikian pengap. kau memuja diri sendiri.

dan aku mulai belajar sesuatu yang baru.

Yang Berdetik Adalah Waktu

:mahmud fauzi thahir

yang berdetik adalah waktu, yang menitik adalah airmata, di titik puncak penyerahan, dirimu. wahai jiwa yang merdeka, wahai jiwa yang mengetahui arah tuju, wahai engkau yang memakna waktu demi waktu dengan hikmah pengetahuan, akan diri sejati, memakna hidup yang asasi. karena engkau adalah jiwa yang merdeka. manusia yang merdeka!

Menjelang 11 Agustus

1.

setiap detik yang disyukuri
setiap langkah yang melimpah hikmah
setiap bahagia yang dipinta

dengan doa dan usaha

titik usia hanya tanda
berapa tapak menuju
rumah cintaNYA

2.
sayangku, cintaku
lebur cintaku cintamu di dalam
cintaNYA yang bertahta dalam jiwa

3.
semoga engkau tetap bahagia
menatap bening mata kanak-kanak kita

4.
semoga kita dapat bersyukur senantiasa
atas segala karunia

Langit Demikian Cerah

:asep sambodja

langit demikian cerah. seceria wajahmu. karena tuhan memberi apa yang kau pinta. juga yang tak kau pinta. yang kau terima dengan ikhlas ridha. secerah langit. saat ini, menjelang senja.

Aku Ketuk PintuMU

aku ketuk pintumu. Kau bilang, masuklah. Kau dan aku bercakapcakap. tanpa kata. hanya. Cinta. Cinta. Kau dan aku. hanya. Cinta.

Sambutlah Aku dengan RinduMU

sambutlah aku dengan rinduMu. sambutlah. telah kuhitung sebelas purnama. telah kuhitung lukaluka. sambutlah aku dengan cintamu. agar kuhitung seribu bulanmu. menghapus luka. menghapus duka. yang kutikamkan berulang kali ke dada sendiri. sambutlah aku. wahai. Engkau yang kurindu.

Puisi Tentang Puisi

macet lagi. macet lagi. gara gara puisi. menari nari. di jalan jalan. di gang gang. puisi puisi menari nari. hingga esok hari. (7:03pm

puisi puisi sedang berpesta di jalan jalan memacetkan lalulintas. duh puisi mengapa aku tak boleh pergi (6:47pm June 2nd, 2010)

dah puisi. aku harus pergi. ke dalam mimpi. ke dalam diri. ke dalam sunyiku sendiri. dah puisi. besok kita jumpa lagi. jika aku rindu

G.A.Z.A

namun tak usai. karena perih begitu merih. karena aku manusia. engkau manusia. rasakan perih yang sama. pedih yang sama. dan kutuk? aku tak sanggup lagi mengucap kutuk. karena kutuk bukan milikku. bukan milikku. hanya doa lirih yang perih dan pedih. kepada tuhanku. penjawab segala keluh. sungguh aku letih

Jika Engkau Terjepit di Leher Botol, Apa yang akan Kau Lakukan?

buat: afrizal malna

aku akan menulis puisi, katamu

terpejamlah malam dalam kelam dalam suram dalam geram hingga dendam redam terperam dalam hingga karam dalam palung rahasiamu yang terdalam

paras teras keras pasar serat serak sarap retas ada dada dada ada dadaku kuda dada ada daku duka dada ada amat amat mata mata tamat mata mata amat pedas getas gegas cemas gemas remas kemas lemas debar benar

Tentang Gerimis

1.
gerimis tak habishabis. gerimis yang manis. aku tulis. aku tulis. gerimis yang rinai. gerimis yang ramai. merimis rimis. amatlah manis.

2.
mendung menggantung. dan engkau cemas memandang cuaca. menerka angin dingin dan gelap langit. menghitung titik titik hujan. sebagai rimis. sebagai rimis. menyapamu sore ini.

3.
ternyata, gerimis mempercepat terang. mendung menghilang. langit benderang.

Tentang Kemerdekaan

ketika buku buku dilarang. ketika pemikiran dilarang. ketika suara suara kebenaran dilarang. ketika mimpi mimpi dilarang. maka puisiku akan memburumu!

kalian tak akan pernah bisa memenjarakan manusia merdeka. kalian tak akan bisa melarang pemikiran merdeka. kalian tak akan bisa memasung kata kata merdeka!

aku rayakan kemerdekaan dalam hati. aku rayakan kemerdekaan dalam pikiran. aku rayakan

Senja dan Matahari yang Menyusun dirinya dalam Puisi

senja ini menyusun remangnya. ke dalam baris-baris puisi yang gelap. menyisakan cahaya matahari di jeda waktu yang lelah. mungkin keluh ingin disampaikan peluh pada tubuh. yang menggayuh matahari ke balik kelam. seperti ingin kau kabarkan tentang negeri-negeri jauh. negeri yang kau tandai dengan kata cinta.

saat itu, mungkin ada senja yang bersenda. di matamu yang menanda: alamat kemana kau akan

Ketapang - Gilimanuk

ketapang dini hari. truk bus mobil mobil antre. orang orang tertidur. bermimpi. di dalam mimpinya mereka menulis puisi: ketapang dini hari. antre lama sekali. ketapang. kunang kunang cahaya di kejauhan. debur pelan ombak. o mimpi mimpi siapa dibangunkan. dinihari yang merayap. kapal kapal menyeberang. orang orang di dalam perut kapal. dan aku? menulis puisi di asin laut. di embun malam. yang

Aku Datang, Bali

(1)
tabanan ombak putih putih menyeru pantai menyeru nyiur menyeru rerumputan menyeru pesawahan di subuh yang menetas menjelma pagi

(2)
jalan berkelok kelok. berkelokkelok jalan. naik turun naik turun naik. menanjak menikung menurun menikung. kehidupan. oi kehdupan. kubaca tanda di jalan raya.

(3)
hijau pesawahan. subak. hijau. subak. sawah. subak. mengalir air. subak. dari atas ke bawah. subak

Legian-Kuta Malam Hari

kuta. hujan tiba tiba. turis kuyup di pelataran pertokoan. mengapa trotoar tanpa atap? katamu suatu ketika. mungkin karena pejalan suka hujan dan sengat matahari. seperti aku yang mencari matahari di malam hari. tiada lagi dirimu di situ.

mengapa aku menjadi demikian asing. menziarahi kenangan. di kuta yang macet. dentum musik sepanjang jalan. hilir mudik turis. di mana engkau. di mana engkau.

Untuk Kanak-Kanakku

kanakkanakku,
doaku selalu
doa kami selalu
doamu selalu.

hari hari yang ingin diberi makna
semata bahagia
disyukuri bersama

Juli, 2010

Senja yang Kuyup, Senja yang Gugup

senja yang kuyup. rimis menjadi hujan melebat sebentar. senja yang gugup. miris menonton acara gosip di televisi. senja yang surup. nyaris angslup matahari ke kedalaman malam.

Yang Berdiam dalam Handphone

buat: pring dan malna

ada yang berdiam dalam handphone. dunia tanda tanda. menanda penanda petanda. dunia benda benda. bandwith modem pulsa fesbuk twitter google yahoo menyala sepanjang waktu. sepanjang waktu jagamu. ah, malna belum kuupload video itu. terlalu besar filenya.

Menyebarang Selat Bali

ke barat ke barat kita kejar matahari, katamu. diombangambing ombak. pusing kepalaku. nenek moyangku seorang pelaut, aku ingin bernyanyi sekeraskerasnya. setuwung mie instan hangat meluncur bebas ke dalam usus. angin berhembus. ombak bergoyang goyang. nenek moyangku, seorang pelaut! pusing kepalaku

kucoba berdamai dengan hempas gelombang dan deru angin: ah, nenek moyangku, seorang pelaut!

Memandang Purnama Bulan

(1)

purnama sempurna bulan. di langit. seorang penyair ragu puisi apalagi yang belum ditulis penyair lain atau mungkin dirinya sendiri tentang bulan yang purnama sempurna.

(2)

sebutir bulan. terang. semangkuk laut. pasang. sebutir bumi. biru. sepandang langit. tatap. seorang aku. Rindu

Hujan yang Kesekian

hujan yang kesekian. hujan yang kau simpan. diam diam. dalam puisi. saat mata ingin terpejam. hujan yang kau kira akan berdiam dalam puisi yang tentram, berubah menjadi kucuran air dari kran. diam diam membanjirkan puisi ke dalam kepalamu. diam diam.

Batu Kali

batu batu kali batu batu kali berapa tambah berapa diusung ke kota diusung jalan jalan diusung gedung gedung diusung rumahku rumahmu dikubur dalam tanah direkatkan dalam keinginan mengukuhkan batu batu di kepala batu

Di Tanah Lot

(1)

di tanah lot. turis berfoto. aku berfoto. kita saling berfoto. tak kulihat lagi tikus yang masuk lobang. hanya kerumunan orang. tak kulihat kamu di situ. di tebing batu. di pasang laut. kemana gemetar dulu. yang menjadi kenang. dalam wingit dupa. dalam harum bunga. ke mana engkau, kenangku yang dulu, lot.

(2)
secangkir kopi tak bisa mencegahku untuk mengantuk. rimis membasah di aspal

Aku Hujankan Puisi

aku hujankan puisi di meja meja kantor
penyair yang lupa dengan impiannya
tertumpuk kuitansi dan berkas espeje

aku hujankan puisi di segala waktu
saat kata kata merindu diriku
saat aku merindu mimpiku

aku hujankan puisiku
untukmu untukmu untukmu
yang memendam kata-kata rindu

Aku Bawakan Terang Bulan, Sayang

aku bawakan terang bulan. bulan terang, sayang. manis legit harum terpanggang. aku bawakan terang bulan sayang saat bulan terang. semanis bahagia selegit gembira seharum cinta. aku bawakan terang bulan saat bulan terang.

Aku Datang Ke Kotamu, Pontianak

(1)
aku datang ke kotamu ibnu. kuingin menulis dan baca puisi di tepi kapuas. tapi tak kutemukan dirimu. engkau di mana kawan? kau bilang di pontianak ada pay. aku ingat pay, sajak sajaknya kubaca di cybersastra di waktu lalu. aku datang ke kotamu ibnu. aku ingin menulis dan baca puisi di situ.

(2)
memandang awan. putih. putih. putih. memandang kabut. putih. putih. putih. diguncangguncang.

Porong Macet

porong. macet. porong. macet. porong. macet. porong .macet. porong. macet. cet. cet. cet. jalan berdebu. debu. debu. beterbangan. sampai ke: matamu!

Aku Sebut NamaMU

aku sebut namamu. aku sebut namamu. aku sebut namamu. aku sebut namamu. aku sebut namamu. aku sebut namamu. dalam hela nafasku. Allahku

Selasa, 28 Desember 2010

SAJAK KANAK (1)


ini ibu, aku sayang ibu
ini ayah, aku sayang ayah
ini adik, aku sayang adik

ibu sayang aku, sayang ayahku, sayang adikku
ayah sayang aku, sayang ibuku, sayang adikku
adikku juga sayang aku, sayang ibuku, sayang ayahku

kami saling menyayangi, aku senang sekali

SAJAK KANAK (2)

aku suka berenang, bernyanyi dan menari
melukis juga aku suka, main boneka juga

hari kamis, di sekolah aku belajar berenang
kalau bernyanyi dan menari setiap pagi

aduh, aku senang sekali sekolah
diantar ibu atau ayah setiap hari






SAJAK KANAK (3)

di rumah aku suka melukis, main boneka
main masak-masakan

aku ingin jadi guru, seperti ayah, guru tk
nanti bisa menyanyi dan menari setiap hari

aku juga ingin punya rumah makan,
biar makan enak setiap hari

di temboknya aku gambar: bintang, bulan, matahari
cantik sekali






SAJAK KANAK (4)

adikku lucu sekali
giginya belum tumbuh semua

aku suka dicium adikku itu
basah mukaku kena ludah adikku

adikku sayang sekali kepadaku
kalau bermain sekolah-sekolahan

adikku jadi murid aku jadi guru





SAJAK KANAK (5)

aku punya teman, dia nakal sekali
aku suka diganggu,

tapi aku bilang ke temanku itu:
jangan suka mengganggu

dan dia sekarang jadi sahabatku





SAJAK KANAK (6)

ayahku tidak bisa melukis, tapi suka menulis
aku ingin bisa menulis, seperti ayahku

aku sudah bisa membaca,
tapi belum bisa membaca banyak

aku sudah bisa menulis
tapi belum bisa banyak

sajak ini aku tulis, dibantu ayahku
senang sekali aku bisa menulisnya





SAJAK KANAK (7)

aku suka melukis
melukis ibu
melukis ayah
melukis adik
melukis aku sendiri

lukisanku bagus kata ibu dan ayahku
sambil dicium kepalaku





SAJAK KANAK (8)

kata pak ustad tuhan sayang anak anak seperti aku dan teman temanku
tuhan yang baik sayangi juga ayah ibu dan adikku ya
o ya, sayangi pak ustad dan bu guru juga





SAJAK KANAK (9)

di sekolahku ada acara
kata bu guru hari kartini
aku didandani ibu pakai baju betawi

senangnya aku jadi cantik sekali
aku bertanya pada ibu: kartini itu apa
ibuku bilang, kartini perempuan yang mulia sekali





SAJAK KANAK (10)

adik, gantian dong
mbak mau nonton upin ipin
adikku suka dora dan teletubies
aku suka upin ipin dan sponge bob
adikku bilang: po po po

Bali, 23 Juli 2010







SAJAK KANAK (11)

ayahku suka mendongeng setiap aku mau tidur sambil diusap usap punggungku dipijat kakiku. ayahku mendongeng kancil dan buaya. kancil yang kecil tapi pintar. buaya yang besar tapi bodoh.
buaya ingin makan kancil.
silakan, kata kancil tapi nanti kalau sudah menyeberang sungai.
kancil menunggang punggung buaya menyeberang sungai.

di atas punggung buaya,
kancil berpikir,
bagaimana cara lepas dari

SAJAK KANAK (12)

aku pingin sepeda baru
aku sudah besar, umurku sudah lima tahun sekarang
sepedaku yang lama rodanya tiga
biar untuk adik saja

ibu bilang nanti kalau tabungannya sudah penuh beli sepeda baru
setiap hari aku menabung di celengan babi yang lucu

celengan babi yang gendut dan lucu, kapan penuh, kapan beli sepeda baru?
aku rajin menabung setiap hari di celengan babiku yang gendut dan lucu.
di hari

Sajak Kanak (13)

ayahku mendongeng
timun emas dan butho cakil
tersebutlah kisah
raksasa yang rakus
hendak memangsa timun emas
butho cakil, demikian orang memanggil
mati tenggelam di lumpur
terasi dilempar ke butho cakil,
menjadi lumpur
timun emas selamat
rakyat menyambut gembira





Sajak Kanak (14)

aku senang, diajak tamasya ke kota
tapi aku jadi tidak suka
jalan jalan di kota macet

waktu aku tanya ayah, kenapa jalanan macet?
ayah bilang: butho cakil sedang lewat





Sajak Kanak (15)

bu guru bercerita, memikat sekali
cerita si kancil yang pintar banyak akal
tapi si kancil suka nakal
mencuri mentimun pak tani

pak tani yang miskin
menanam mentimun
dipelihara setiap hari

aku kesal kepada kancil
tidak kasihan kepada pak tani

kata bu guru,
kami tidak boleh seperti kancil
yang pintar mencuri






Senin, 27 Desember 2010

Terima Kasih

terima kasih. doa yang diaminkan. telah sampai padamu. terima kasih untukmu, wahai sang penepat janji….

Doa

beri kami kesabaran menghadapi segala coba. beri kami kekuatan untuk menghadapinya. beri kami kesehatan senantiasa…

Sebelum Berangkat

bismillah. dengan menyebut namamu. yang yang maha pengasih dan penyayang. aku bertawakal. tiada daya upaya selain atas ijinmu. kutapakkan langkah mencari nafkah yang berkah. rizki yang halal. bismillah…

Malang, 2010

Doamu Cintaku

doamu, cintaku,

doa yang dihembus nafas
sebagai cinta
yang tak henti dipanjatkan

mengetuk pintu sorga

Minggu, 26 Desember 2010

Cahaya Matahari Demikian Menyengat


cahaya matahari demikian menyengat, tapi mengapa menjadi gigil di dalam diri. sebagai debar sebagai debur sebagai gelombang berbuncah liar. menemu hampa. menemu asing. cuma…

Agar Kau Catat

buat: wilu ningrat

aku tulis sajak ini, saat hujan menyapa tak henti, karena tanda baca datang dan pergi. mungkin puisi harus dipahat di dinding dinding kenang. agar kau catat. kau ingat. pernah ada sahabat memahat dindingmu. dengan puisi. demikian khidmat.

Malang, 2010

Malang Pasar Malam

ada yang menari. kanak kanakku. di keriuhan pasar malam. sepanjang jalan. kloneng delman. nyala oncor. wayang kulit. gelembung sabun. balon warna warni. kembali kita kembali. ke dalam kenang.

Malang, 2010-05-21

Terjemah Mimpi

buat: sahid

terjemahkan mimpi mimpi puisimu dengan kata. yang berdasar dalam dada. karena kata kembali pada asalnya. kembali ke mula. kata. di dalam dada.

Malang, 2010

di Degup Jantung

Buat: Loektamadji Arif Poerwaka

di degup jantung mengalirlah puisi sebagai darah sebagai cinta yang menyeru nama: wahai sang maha pengasih dan penyayang. dan engkau berserah dengan penuh syukur, alhamdulillah….

Malang, 2010

Sebuah Tembikar

Buat: adhy rical

sebuah tembikar dari tanah liat yang likat. ditoreh kata. tentang asal mula kata: cinta…

Malang, 2010

Kota yang Mengasingkan

buat: Deni Mizhar

ah, mengapa kota-kota selalu mengasingkan kanak. dari kenang padi-padi. dari kenang layang-layang. dari kenang bening kali. dari segala kenang. o, kanak mari memahat dinding-dinding kota. catatkan namamu. di bawah sajak tentang mimpimu tadi. kenangmu tadi. agar kuingat kau, o kanak yang terasing. kota yang hilang. dari kenang. dari bayang.

Malang, 2010

Kau Ingat Tarian Bulan

buat: doddy moyank

kau ingat tarian bulan. mungkin di lautan. mungkin di senda gelombang. yang mengaramkan sajak. ke dasar. palung terdalam. hingga segala kenang karam. di dalam kelam.

Malang, 2010

Assalamu Alaikum

Buat: Ramli Abdul Rahim

assalamu alaikum. doa yang diucapkan. keselamatan bagimu. warrahmatullahi. serta rahmat allah. wabarrokatuhu. dan barokah untukmu. karena dari rahim maka kita bersilaturahim. mengikat diri. pada kasih sayang. cinta tuhan. yang maha

Malang, 2010

BAYANG BAYANG WAKTU

bayang-bayang waktu
membayang

di pelupuk matamu

waktu yang menjelang
tak pernah bisikkan kabar

kapan kan datang

setiap detik
mungkin kau bertanya

kapan kan tiba

segala awal akhir
waktu dirimu

MUNGKIN KAU KIRA

mungkin kau kira akan selamanya. tak. tahta nan fana. tahta tak baka. hanya
sekejap mata. meski kau jaga dengan paksa. meski kau bentengi dengan tipu daya.
sungguh. mungkin kau lupa. apa yang kau punya hanya sementara. hanya makna yang
kami ingat sepanjang masa, dari hidupmu yang tak baka

HUJAN DI AKHIR TAHUN

hujan. di akhir tahun. adakah membasuh luka-luka. di hati kami. yang bernanah.
sekian lama tertikam senyum rayuanmu, paduka.

MUNGKIN TAK PERNAH KAU KIRA

mungkin ingin kau pejamkan mata
sekejap saja terlelap

tapi kau tak bisa

karena bisik-bisik itu semakin bising
menjadi hiruk pikuk

dan amuk

yang mungkin tak pernah kau kira
segala menjadi buruk

dan terkutuk

BAKARLAH BUKU KAMI

bakarlah buku kami
biar menjadi abu

tapi kau tahu
tak pernah bisa kau
sembunyikan kebenaran itu

karena abu yang mendebu
adalah mimpi burukmu
yang menghantu dirimu

dirimu selalu

ADA YANG BERANGKAT DI WAKTU SENJA

ada yang berangkat
di waktu senja

engkau
yang kulepas dengan doa doa

keikhlasan menuju:
keabadian. cinta dan keadilan yang sejati….

AYO

ayo, kata-kata
menarilah

sekira kau bisa

sekian lama kata sembunyi
dalam goa

dieram sunyi duka

menarilah kata
menarilah

ini saatnya kau berkata

Tentang Senja

senja. matahari jingga. dan aku menyerupai bayang-bayang. di batas cakrawala. ada sepi menanti. di batas mimpi. ada sunyi menanti. di batas nyeri. siapa menanti. Kau-kah. tak henti menanti. dengan rindu seluas sunyi. (6:34pm May 24th, 2010)

puisi adalah sepi itu sendiri (5:12pm May 26th, 2010)

selamat senja. selamat senja. biarkan matahari kembali ke peraduan. biarkan malam merapat ke kegelapan

Di Puncak Malam

pangeran, aku harus pergi. malam akan sampai puncaknya. cinderella berteriak dalam hati, karena masih ingin merengkuh jemari yang kukuh.

malam yang menua. malam yang akan menyirnakan segala mimpi. pada dentang ppenghabisan, dia kan temukan nasibnya.

Selamat Pagi!

selamat pagi! matahari sepenggalah tingginya. menghangatkan jiwamu jiwaku. penuh seluruh. sehangat cinta. seceria bahagia

selamat pagi, katamu kepada matahari. dirimu sendiri. yang mencahaya demikian lembut. menyingkap kabut. mencium embun di daundaun.

ada yang debar mungkin dari kabar

ada yang debar. mungkin dari kabar: serbuk karbit, logam berkarat, secarik ancaman yang sakit.

mungkin wajahmu yang nyeri. atau dadaku yang ngeri. meraba kelam semakin geram. di kepala yang sakit. di hati yang pahit. kau simpan apa?

mungkin dendamlah yang kau peram. karena cinta tak pernah kau paham. dan segala demikian waham.

seteguk demi seteguk kopi pahit. bayang menyilang dari darah

Jagalah: Mulutmu!

ada yang akan menerkammu. mungkin kata. yang tak kau jaga. beranak pinak di belantara. liar. mengintaimu diam diam

Langit Kenang

di langit malam siapa yang kau lihat? aku atau bayang kenangmu. serupa ciuman yang menghantu bibirmu.

kau ingin pupus hapus kenang itu? yang membuatmu gila sasar rindu dendam. peluklah aku, seperti ingin kau peluk langit itu.

Aku Selalu Bertanya, dan Engkau tak Pernah Bosan

aku selalu tersesat dengan tanyaku sendiri. tapi engkau selalu menunjukkan ramburambu dan peta. di garis tangan di garis hidup aku bertanya

Segala tentang Mungkin, Sesuatu tentang Cinta

mungkin racauku racau mimpi siang bolong. tapi kata telah mengutukku. menitipkan benihnya di kepala. dan kukabarkan padamu: kata!

aku tulis sajak cinta karena usia tak ingin sia-sia. dan cinta harus dikabarkan. dari cinta ke cinta. dari rasa ke rasa. dari aku kepadamu.

mungkin ingin kau hitung, berapa benih kau tanam. dan pahala hamil tua. tapi apakah cinta membutuhkan itu semua?

mungkin

Di Beranda Milik Kita, ada Puisi Berangin

ada puisi yang berangin. di beranda buku terbuka. engkau membaca. mengeja kata. bersama angin dan dingin. bersenda. senda.

beranda milik kita. tanpa kursi dan meja. hujan menempias tembok, lantai dan wajah kita. dan kita tertawa. demikian bahagia.

KAU RINDUKAN MALAM

yang murni. Serupa puisi yang tak henti menari. Dari jemari waktu kau tunggu. Menitik dari puncak sunyi

KARENAMU

Jarum jam mengaduh. Ingin kembali ke titik nol. Perjumpaan denganmu?

Mungkin Kau Tak Ingin Dengar

masihkah kau dengar lonceng-lonceng rindu. digemakan angin. tapi mungkin engkau tak ingin. dan menulikan semua dari masa lalu

Sepi yang Hijau

sepi yang hijau. sepi yang pukau. dan aku? ingin racau. muntah kata.

Di Kotamu

di kotamu segala menjadi mungkin. mungkin engkau akan lupa. tapi tidak untukku. kau, kota dan senja tertera di dalam mata.

di kotamu, senja membawa gema adzan. tataplah langit, biarpun sebentar. agar kau tahu ada doa mengepak di sisa cahaya.

di kota ini masih tersisa jejakmu, pada tembok dan patung di sudut itu. seperti engkau tetap menunggu.

di kotamu hujan mencipta sungai sungai puisi. mobil

Silsilah

matahari dan hujan melahirkan pelangi. aku dan engkau menjadi puisi.

Yang Membeku adalah Waktu

Yang membeku adalah waktu. Saat engkau demikian membisu. Yang membeku adalah diriku. Saat kau diamkan melulu

Biarlah Aku Hangat Matahari

Cintamu mungkin membeku dalam kulkas kenangan. Tapi cintaku akan melumerkannya.

Kenang gigilkanmu dalam rindu. Matahari dalam diriku menyapamu. Agar hangat. Agar kau ingat. Ada aku di dekatmu.

Kau cintai aku seperti kau cintai dirimu. Kucintai engkau seperti kucintai diriku sendiri. Begitulah, cermin berkata.

Kita Tulis Senjahari

senjakah itu yang tersenyum. hingga engkau digenang kenang. mari kemari. kita tulisi senjahari. dengan puisi. pegang ini jemari.

karena hujan yang puisi

kaulah kabut selepas hujan. gigilkan kenangku. padamu. di dalam puisi hujan menyihirku menjadi penyair. seperti ini kali.

rambut hijau. rumput hijau. bertumbuhan di dalam benakku. karena hujan yang puisi. serupa rindu yang tak mau menunggu. cintamu

Secangkir Teh yang Penuh Airmata

secangkir teh, mungkin kau sebut sebagai kenang. atau kasih sayang. kuseduh penuh cinta dan airmata. mungkin kau rasa asinnya

Akulah Angin

akulah angin. yang ingin menciummu dengan kelembutan. agar engkau terlelap dalam tidur. mimpikan aku. sepenuh rindu

Memandang Senja yang Hujan

ku duduk di sini. memandang senja yang hujan. tak ada engkau. hanya angin dan sisa cahaya menyelinap dalam temaram. kau dimana?

sebagai pena, ingin kutulis sajak dalam baris-baris yang ganjil, sesuatu yang mungkin teramat asing, dan kau menyebutnya: puisi

kau kenang juga daun yang gugur di senja puisi, sebagai cinta yang mencium keningmu

biarkan aku menyelinap, dalam kenangmu yang biru. agar

Di perbatasan Senja

Senja dan malam berbagi gelap dan terang, secuplik cahaya dan temaram

Yang Merindu adalah Aku, Yang Mencinta adalah Aku

penyair yang merindu adakah diriku penyair yang mencinta adalah diriku menatah syair di lintas waktu. melintas ke dalam dada, mungkin kenang yang membuatmu gila. karena cinta demi cinta tersebab cinta huruf huruf menghunjamnya

Ada yang menyerpih, mungkin Ingatan

aksara menggelepar di langit yang putih. serupa engkau yang merindu kata. kata yang terus memburu. hingga engkau dan huruf gemetar.

ingatan yang menyerpih kau susun satu demi satu. seserpih rindu. seserpih cinta. serpih serpih masa lalu. di dalam puisi.

AKU TAFSIRKAN FIRASAT

dari ayat puisi yang tersendat karena engkau penyair sekarat selesaikan kalimat

sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit. bulan sabit, langit hitam, bintang berkedip. seperti galau di dadanya

demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata

BURUNG-BURUNG BERNYANYI DI PAGI HARI

setiap pagi burung burung mampir di halaman rumahku. bernyanyi bersama pagi. bersama matahari

apa kabar kataku, pada nyanyiannya yang riang. mereka mematuk remah-remah dan berdendang. di coklat tanah. di halaman rumah

aku ingat arcana menyimpan nyanyi burung. dalam ingatannya yang puisi. burung burung membuat sarang, bertelur dan mengeram.

kanak-kanak burung mencericit. burung burung mencari

Sabtu, 25 Desember 2010

kau minta sajak kuberi kau rima. mari ke mari berlagu rindu mendayu dayu. mari ke mari kuberi rima beriramarama. mari rima mari

yang bimbang yang hilang yang terbilang yang sayang yang melayang layang yang tumbang yang. puh! memang berang. bermainmain kata bermainmain kalimat empat kali empat jika sempat jika cepat tepatlah tepat tetaplah tetap seperempat dari balas kembali. marilah menari mari mencari mari jemari mari kemari mari mencuri kenang yang terbang yang membayangbayang yang mengawang terawang. mari. mentari atau

Marcopolo : fragmen sebuah film

marco, di padang rumput di padang gurun apa yang dicari? catatan catatan yang terus ketelusuri, dalam keringat dan debu. negerinegeri jauh. di negerinegeri yang riuh, mungkin hanya sunyi menyelinap, rindu yang tak terkata, sebagai luka yang selalu nganga. pada tapak yang mungkin retak, jejak petualang, sisakan nyeri rindu arah pulang. tapi jalan yang mana kan sampai? rindumu nyeri.

tuan, inikah

Temulun

"temulun, temulun, khan menginginkanmu. apakah kau tahu jalan cinta, kemana rindu akan kembali?"

ya, kutahu. hanya satu malam saja. malam yang demikian panjang, marco. aku tak mencintai khan, tapi harus mengobati nyeri napsu. aku, temulun, tetap perempuan. di dekapmu, dunia yang kau rengkuh. lelaki kau tahu artinya?

mengapa hanya aduh dan rasa sakit yang kau rasa

mengapa keluh yang melenguh? lihatlah matahari cerah secerah warna hidupmu. mengapa hanya aduh dan rasa sakit yang kau rasa. bersabar itu lebih baik, daripada terus kau mengutuk hidup. lihatlah hidupmu demikian berwarna, karena engkau manusia.

mungkin kau simpan galau sebagai gelombang yang ayun ambing rasamu. hingga terlena. tertidur. dalam mimpi-mimpi. hingga. kemana engkau akan pergi? petakan

AKU TERSESAT

Di labirin yang kau bangun, di kepalamu
Maukah kau menunjukkan peta,

hingga sampai aku padamu?



SEBAGAI EMBUN

Kutatap engkau yang fana
Di daun subuh

Menunggu matahari yang akan menciummu
Hingga tiada.

AKU BANGUN RUANG-RUANG DI DALAM DADAKU

Agar engkau istirah dari lelah

Ada ruang penuh cinta
Ada ruang penuh cemburu

Ada ...

biru langitku cintaku.

biru langitku cintaku
sebiru kenang itu

ingatan yang kau pulas
di kanvas rindu

biru langit cintaku
demikian cerah, serupa wajahmu.

keasingan yang sangat

schizophrenia, bisikmu. bangsal yang asing. ampul bertebar di lantai. kata berpendar. cahaya berpendar. keasingan yang sangat. rahasia waktu. ruang mengembang mengempis. melapang menyempit. gelombang kata. menerjang. dirimu. pecah!



BUKAN FATAMORGANA

Jika kau mencintai aku setulus hati.
Demikian pula aku, mencintaimu selamanya,

sepenuh jiwa.