Dalam jagat Internet, sastra tumbuh menjadi sesuatu yang tak angker. Belum menghasilkan karya yang cemerlang, tapi orang jadi tak sungkan menulis sajak, cerpen, atau esai—sebagian bahkan sudah diterbitkan menjadi buku. Inilah kisah seputar aktivis sastra cyber.
SUATU hari pada tahun 2000. Di sebuah warung Internet di Depok, Gratiagusti Chananya Rompas duduk mencangkung di depan komputer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar